(Cerita
ini fakta, tidak berharap kamu tertawa, tapi cukup dengan tersenyum J).
Empat bulan terakhir ini, ibu terkadang suka bicara bahasa inggris
denganku. Walau masih belepotan. Gaya- gayaan seperti “bule”. Ya kami sebut “bule
rumahan”. Karena ibu sering menguping aku berbicara bahasa inggris sendiri di
rumah.
“ How will we go Mom?” tanyaku. “ Motor you grandmother ”
Jawab ibu.
“ What? Grandmother’s motor? “, tanyaku kaget.
Aku tahu persis motor itu. Motor tua merk S-X usianya sudah lansia dan tubuhnya
ringkih. Masalahnya BK- nya sudah lama mati dan kadaluwarsa. Kalau hanya pergi
ke ladang motor ini masih bisa diandalkan. Ah. Kalau gak karena Ibu, aku gak
ingin ikut denganmu motor butut!, desirku dalam hati. Masih banyak keburukan
motor ini yang tak dapat ku ungkapkan. Karena pada akhir cerita kamu akan tahu
sendiri.
Ibu sudah stand by untuk membawa motor ini pergi. Aku duduk di
belakang ibu, memeluk erat pinggangnya. Motor butut ini melaju dengan kecepatan
sedang. Aku tahu seberapa mampu motor ini melaju. Tidak lebih dari 60 km/jam.
Sesampai di lokasi, ibu menuju area parkiran motor sementara aku menunggunya
di pinggir jalan tempat bertenggernya para pedagang musiman. Ibu mencari- cari ruang
kosong untuk memparkirkan motor butut itu. Cukup lama aku berdiri menunggu ibu
hanya untuk memarkirkan motor itu.
“ I’m sorry dear.... b’cause ibu confuse mau memarkirkan
motor itu.” Kata ibu.
“ It’s Okay Mom... Let’s! ” Sahutku.
Aku dan ibu jalan beriringan
menyalami tuan rumah yang kemudian dipersilahkan untuk mencicipi hidangan. Kami
duduk di antara tamu- tamu undangan yang lain. Hanyut dalam lantunan lagu-lagu
dangdut, lagu ibu banget itu. Sesekali diikutinya penyanyi itu bernyanyi.
Sampai tersedak- sedak saking asyiknya. Tak terasa ku lihat butir –butir nasi
telah bersih di piringnya. Ah, mungkin ibu lapar.
***
Di parkiran ibu masih mencari-cari dimana diletakkan motor butut
tadi. Seketika dia lupa dan berusaha mengingat- ingat dimana posisi motor diparkirkan.
Tak ingat sama sekali. Rentetan motor yang berjejer memenuhi parkiran
membuatnya bingung. Sejurus kemudian matanya tertuju pada sebuah motor yang
sepertinya itu adalah motor butut. Langsung saja ditujunya motor itu, dan dimasukkannya
kunci ke lubang kontak dan ternyata cocok. Tanpa berpikir panjang, dihidupkan STARTERnya
dan motor butut ini pun hidup mengeluarkan suara yang lebih nyaring. Dibawa
motor itu menjauhi parkiran dan dilihatnya aku telah menunggu.
“ Why you are so long Mom? Ku pikir ibu melupakanku disini”
tanyaku panik.
“ I’m sorry dear, I’m confuse mencari ini motor. Gak
mungkinlah Ibu forget you dear” Jawab
ibu.
Sepanjang perjalanan pulang aku merasakan ada yang aneh pada motor
ini. Di belakang aku tak lagi diam membisu.
“ Mom gak merasa ada yang beda dengan motor ini?”. Tanya ku
memecah keheningan perjalanan. “ Motornya aneh.” Sambungku lagi.
“ Don’t be bawel,
dear. I not consen“ Kata ibu.
Perjalanan hening kembali. Namun, pikiranku tak sehening perjalanan
ini. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Tapi tak begitu ku pedulikan,
lekas ku buang perasaan itu. Mungkin motor ini telah diservice.
Sesampainya di rumah, hari mulai gelap. Aku turun dari motor dan segera
masuk ke dalam rumah. Ku tinggalkan ibu yang masih terduduk di motor.
Dan tak lama ku dengar dari luar, suara ibu berteriak- teriak
memanggilku.
“Dear.... der.... kemari, hurry up... Der cepat......”
Teriak Ibu.
Mendengar teriakan ibu, secepat kilat aku berlari menghampiri ibu.
“ What’s happening Mom, berteriak- teriak seperti
kemalingan saja”. Kataku.
“Kita bukan kemalingan but kita lah malingnya”. Jawab ibu
panik.
“ Maling gimana?” tanyaku tak mengerti.
“ Look this, kita telah mengambil motor orang”. Kata Ibu
sambil menunjuk-nunjuk motor itu.
“ What?”, kataku kaget. Kuperhatikan detail motor itu. Dan
benar “ Ini bukan motor nenek Mom. Lihat merk motor ini S- Fit,
sedangkan motor nenek itu S-X dan lihat body nya, berbeda dari punya
nenek. Aku tahu persis”, sambungku dengan panik.
“ Yea. Motor ini juga bisa hidup tanpa di engkol, klakson, lampu
tangannya juga berfungsi. Ibu pasti salah ambil motor.” Sahut Ibu.
“Bagaimana bisa salah Mom?”, tanyaku sambil menahan tawa.
Ibu menjelaskan kejadian di parkiran. Tampak dari ekspresi wajah
ibu yang panik. Ternyata benar feel ku tadi. Aku hanya menggeleng-
geleng dan masih menahan tawa. Aku tak percaya dengan tindakan ibu yang
ceroboh. Oh my Mom.....
“ Kita harus kembalikan, ibu takut pemilik motor ini mencari- cari
motornya. Ibu takut dituduh maling. Kalau tahu pemiliknya Ibu telah maling
motornya nanti Ibu dilaporkan ke polisi, Ibu gak mau dear.” Celetuknya.
Melihat wajahnya yang pucat karena ketakutan, aku menaruh kasihan terhadapnya.
Tapi aku berusaha meyakinkan kalau All will be fine.
Berita hilangnya sebuah motor merk S-Fit itu ternyata telah
menyebar ke warga sekitar, bahkan tamu- tamu yang datang pun mengetahui kabar
ini. Kepanikan tergambar diwajah mereka dan pemilik motor. Sampainya kami di
lokasi, orang- orang menatap kami tajam, seolah ingin menerkam. Aku menggigit
jari. Sebelum salah seorang disana angkat bicara, aku meyakinkan mereka kalau kami
tidak ada niat mengambil motor pemilik. Swear ibu hanya salah ambil. Tapi
salah seorang diantara mereka men- judge kami sebagai tersangka. “
Laporkan saja mereka ke polisi!”.
“ Stop... stop! I want bicara,
I not ambil you motor, but I just salah ambil“ Ibu angkat
bicara.
Setiap pasang mata saling pandang. Mereka tak mengerti apa yang
dikatakan ibu. Uupps... Ibu Keceplosan.
“ Look that, itu
motor kami.” Kata Ibu sambil menunjuk motor yang bertengger sendiri dalam
kegelapan. Setiap pasang mata mengkuti arah petunjuk ibu.
Aku mengambil dan membawanya mendekat. Tentu saja mereka kaget,
ternyata motor butut itu terlihat hampir sama, hanya saja memang motor milik
nenek lebih butut. Setelah dicoba, kuncinya memang cocok. Maka tidak ada alasan
untuk mereka tidak percaya. Lagian mana ada maling menukar kembali dengan motor
bututnya. Tapi, untunglah pemiliknya mengerti dengan penjelasan kami, dan
beliau berkenan memaafkan kami. Gak jadi deh kami dibawa ke kantor polisi. Thanks
to Allah
Aku lega, bisa tertawa sekarang. Menertawai diri sendiri, dan keceroboh
ibu. Mungkin dengan tertawa bisa menghilangkan rasa malu yang telah menebal di
wajahku dan mungkin juga Ibuku. Hal yang terbodoh yang pernah aku alami selama
hidup.
“Walau motor ini butut, tapi dia tak seceroboh ibu. OMG I’m
stupid ” Kata ibu.
Kami tertawa memecah kegelapan dan kesunyian malam itu. That’s
crazy...
***
Attention! Kenali motormu dengan baik, bila perlu
foto dan bawa ketika bepergian. Jangan sampai salah motor J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar