Minggu, 30 Juni 2013

Egois? Bersujudlah....





Siapa yang pernah egois? Dan siapa yang mengaku bahwa dirinya tidak pernah egois? Sejatinya, nggak ada manusia yang nggak egois, tentu dalam kadar yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sepihak, egoisme penting sebagai wujud eksistensi kita sebagai manusia. Tanpa egoisme sama sekali muskil kita bisa memiliki prinsip hidup. Betul atau benar? Orang yang hidup tanpa prinsip sejatinya dia tidak lagi hidup karena ia tak lagi memiliki orientasi yang jelas dalam hidupnya.
Sampai disini, menjadi sosok yang egois penting, bukan?
Tetapi, dipihak lain, terlalu egois juga nggak sehat lho.egoisme yang berlebihan akan membuat diri kita antikritik., sepet kepada ragam masukan sepositif apa pun, lantaran itu semua ditampiknya sebagai pengerdilan atas eksistensinya.
Contoh sederhana sering kita lihat atau bahkan kita alami sendiri saat kita marah atau benci kepada seseorang, entah sahabat, saudara, pacar, dll, yang semua ragam kemarahan dan kebencian itu berpijak pada egoisme diri.
Saat kita dikuasai egoisme, seketika kita kehilangan sepenuhnya akal sehat kita, bukan nurani. Kalau nurani, selalu saja eksis dan membisikkan kepada kita dengan setiap bahwa kritiknya benar, pendapatnya lebih baik. Tetapi, kita lebih sering gagal mengikuti kata hati itu lantaran otak kita keburu mampet disumbat aliran darah yang super cepat dipompa egoisme itu.
Nggak heran kan, dalam keadaan egois yang yang lazimnya berwujud amarah dan benci, ucapan dan tindakan kita sering ngawur, kacau, negatif, jauh sekali dari nilai kebaikan yang mestinya kita pegang selalu, yang kemudian kita akui dalam hati sebagai yang benar, sesaat setelah egoisme itu mengendur.
Dan, surely, egoisme yang berlebihan ini, tidak pada porsinya ini, hanya memicu kerusakan dalam hidup kita untuk lantas kita sesali kebodohan ucapan dan tindakan kita. Tapi, ya gitu deh, nasi sudah jadi bubur. Kata-kata tajam telah kita coretkan ke kulit seseorang hingga ia terluka. Dan, luka akibat tamparan egoisme kita itu akan terus membekas.
Sesal tak pernah mampu mengobati dan menghilangkan luka perih itu, bukan? So, idealnya kita janganlah melukai perasaan orang lain akibat kita gagal mengendalikan egoisme kita.
Tapi, gimana nih, sulit banget mewujudkan itu, kan?
Ya, betul, sulit sekali. Dan, justru karena sulitnya ia untuk ditegakkan, maka siapapun yang mampu menegakkannya, dialah sungguh orang yang mulia, yang betul-betul muslim kaffah itu.
Tetapi, tahukah Anda bahwa ternyata Allah sudah menyediakan “alat terapi” bagi kita untuk mengendalikan egoisme diri itu?
Sujud!
Ya, bersujud.
Coba cermati dan renungkan, mengapa sikap sujud itu disediakan dalam shalat kita? Mengapa pula sujud itu dalam posisi jidat ditundukkan begitu rendahnya, sejajar dengan kaki kita yang rendah?
Kita tahu , kepala adalah simbol keagungan diri kita sebagai manusia. Itulah sebabnya kepala ada di atas selalu. Di kepala kita otak disematka, organ berpikir yang dengannya (berpikir) kita menjadi berbeda dengan binatang yang punya organ otak tapi tak bisa berpikir. Maka dari itu, manusia yang tidak bisa berpikir sesungguhnya bukanlah manusia, tetapi kita dikendalikan. Ibarat mobil, di kepalalah letak ICU-nya. Komputernya. Jadi, jelas sekali bahwa kepala adalah simbolisasi paling sempurna kemuliaan manusia.
Posisi kepala bertolak belakang dengan posisi kaki. Kaki, meski dipasangi sepatu semahal apapun, tetap saja posisinya di bawah, di tanah, dan kadang kala menginjak kotoran dan lumpur. So, kaki adalah simbolisasi paling rendah eksistensi manusia.
Dalam sujud Allah memerintahkan kita untuk meletakkan kepala sama rendahnya dengan kaki kita. Kepala sebagai simbol termulia diri kita diperintahkan untuk direndahkan sama rendahnya dengan kaki kita. Itu berarti, dengan posisi kepala sedemikian rendahnya dalam sikap sujud, Tuhan hendak mendorong kita untuk memahami dan menyadari selalu bahwa eksistensi kita ini, yang sering begitu kita muliakan sedemikian langitnya, yang berkatnya kita sering menjadi arogan, marahan, penuh dendam dan seabrek turunan egoisme lainnya, tidaklah lebih mulia dari nistanya tanah, debu, dan kotoran. Kepala yang kita unggulkan (seabrek egoisme di dalamnya) sungguh begitu nyata dihancur- leburkan oleh Allah dalam sikap sujud itu.
Sadar bahwa kita ini hanyalah makhluk rendah, nisbi, dan fana, jelas akan mendorong kita untuk mampu bersikap rendah hati. Tidak sadar bahwa diri ini hanyalah makhluk lemah, jelas hanya akan membuat diri kita merasa kuat, gagah, perkasa, pintar, hebat, kaya, berpangkat, dll, yang sempurna menjadikan kita selalu sombong dan penuh egoisme. So, kita mau pilih yang man? Yang sadar bahwa diri ini hina, nista, rendah, setara dengan kaki yang sudah menginjak sampah dan kotoran, ataukah kita akan memilih menjadi kelompok yang nggak sadar akan kelmahan diri kita sehingga terus merasa terunggul dan terhebat?
Sebagai “ atau terapi”, tentu saj sujud tidak memberika keberhasilan terapi bagi pelakunya. Sama persis dengan obat – obatan apapun yang tidak selalu berhasil menyembuhkan keluhan sakit kita. Apakah obatnya yang salah kalau ternyata nggak berhasil?
Apkaah sujudnya yang tidak manjur lagi? Tentu bukan. Tetapi kita sajalah yang gagal menyerap hikmah besar dari “ alat terapi” sujud itu. Bahwa sujud adalah simbolisasi kerendahan dan kelemahan diri kita, tidak selalu ini berhasil kita pahami. Sebagai lain, meski telah memahaminya tetap saja gagal untuk menancapkannya sebagai prinsip kesadaran dalam setiap tindak- lakunya.
Karenanya, soal berhasil gagalnya sujud kita untuk menerapi egoisme diri kita sepenuhnya tergantung pada seberapa mampu kita menyerap hikmah sujud dan kemudian menancapkannya di dalam hati sebagai pandu setiap tindakan keseharian kita.
Jika kita sadar bahwa kita ini tiada artinya, tiada kekuatan sama sekali, di hadapan-Nya yang itu kita raih dari posisi sujud itu, lantas kesadaran ini menjiwai setiap tindakan keseharian kita, yang terwujud dalam sikap rendah hati kepada orang lain, maka itu pertanda bahwa kita telah berhasil dalam menerapi egoisme diri melalui sujud. Sebaliknya, jika kita sudah sering rajin sujud, tetapi kita tak menggali makna simbolik apa pun darinya, sehingga sujud kita sama sekali nggak beda dengan gerakan senam saja, maka otomatis kita takkan mampu mengendalikan egoisme kita. Sehingga, sikap keseharian kita tetaplah sedemikian arogan, angkuh, sok, dan egois sekali.
Begitulah. Anda tinggal memilih mau jadi yang seperti apa, meski anda dan saya sama – sama menempuh  alat terapi yasma , sujut yang sama. Yang  mana pun yang Anda pilih, akan menjadi seperti  itu lah perilaku keseharian anda, akan menjadi sedemikian pulalah personality Anda, dan akan kembali kepada anda sendirilah konsekuensinya.
Tuhan telah menyediakan sujud sebagai sarananya , kini tinggal kita sendiri mau gimana . . .



Sabtu, 29 Juni 2013

Sudahkah Kita Ber-Allahu Akbar ?


الله اكبر: Allah Maha Besar



Ah, anak TK telah amat fasih memekikkannya. Tapi, apakah mereka paham artinya? Belum. Lalu, apakah mereka bisa meraih energi makna pekikannya? Jelas tidak! Jangankan anak TK yang masih kanak- kanak, aku, kamu, mereka disana , nenek dan kakek yang udah gede gini, lebih sering gagal meraih energi pekikan  Allahu Akbar  itu dalam setiap konteksnya, bahkan dalam shalat sekalipun!
Ada perbedaan dampak yang luar biasa antara orang yang mampu memahami arti bacaan/ kata-katanya dengan orang yang tidak. Apalagi, dengan orang yang mampu menghadirkan makna bacaan itu dalam hati dan jiwanya.
Sebagai sebuah arti bahasa, Allahu Akbar , istilahan,  merupakan sebuah pernyataan, proklami, bahwa Allah itu Maha Besar! We know that! Setelah tahu bahwa Allah itu Maha Besar, bagaimana pengaruh pengetahuan tersebut dalam cara berpikir dan berperilaku kita sehari-hari?
Di sini letak beda prinsip itu.
Umpama aku hanya berhenti pada pekikan Allahu Akbar, dan akau tahu bahwa itu artinya Allah Maha Besar, tanpa menyelami secaralogis dan merasakan secara nurani konsekuensi- konsekuensi logis dari arti Allahu Akbar tersebut, maka cukuplah aku sebagai pengaku kebenaran makna Allahu Akbar tersebut.
Tetapi, bila aku berusaha menyelami dan memahami konsekunsi- konsekuensi logis dari pekikan Allahu Akbar – ku tersebut, berarti aku telah melompat dari ranah makna ke ranah energi. Ada quantum di dalam proses itu. Lompatan energi ini jelas tidak lagi semata bersekala logika, otak, tetapi sudah melibatkan nurani, rasa, hati, dan jiwa.


Allahu Akbar, Allah Maha Besar, makAllahu Akabar anya jelas, bahwa di luar Allah bukanlah sesuatu yang besar, berarti dha’if, lemah, hina, nista, termasuk kita manusia. Demikian makna Allahu Akbar  yang berkembang.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana cra kita agar mampu melompatkan, mengquantumkan makna Allahu Akbar  tersebut dari ranah pengetahuan kognisi,pikiran, keranah hati, rasa, jiwa, nurani? Dan, bagaimana konsekuensi logis dari lompatan energi Allahu Akbar itu?
Aku ingin berkisah begini.
Umpama aku seorang pembantu, disebuah rumah yang mewah, dengan jejeran mobil Accord, CRV, Jazz, dimana majikanku adalah orang yang sangat murah hati, bahkan teramat sering memberiku hal-hal yang semestinya tidak layak kuterima lantaran aku hanya seorang pembantu, apakah logis aku bersikap durja padanya? Bersikap angkuh padanya? Sombong?dzalim?ingkar atas perintah dan larangannya? Tentu tidak. Padahal, aku sebagai pembantu merasa sangat tercukupi semua kebutuhanku di ruamah ini, melalui tangan majikan yang penuh kasih itu. Bahkan, sampai begitu sering aku berkata dalam hati bahwa majikanku ini adalah orang kaya yang sangat mulia.
Lalu, kalau ternyata aku masih berani menyakiti hatinya, melanggar aturan- aturannya di rumahnya sendiri ini, diantara seabrek kemurahan hatinya, kira-kira konsekuensi logis macam apa yang mesti ku terima, ya?
Begitulah ilustrasi analogis mencerna sejuta kasih sayang Tuhan yang Maha Besar, Allahu Akbar, terhadap kita yang hanya seorang yang lemah, dha’if. Masak iya aku bersikap durhaka kepada-Nya, diantara segala ke-rahim-an-Nya padaku, diantara kemahakuasaan-Nya yang sungguh mahabesar, melanggar titah dan larangan-Nya, ketentuan- ketentuan-Nya itu.
Pengakuan lisan melalui pekikan Allahu Akbar, Allah Maha Besar yang telah berhasil dilompatkan energinya kedalan hati, semestinya mengantar kita untuk selalu berendah diri dihadapan kemahabesaran-Nya, tanpa syarat, tanpa kecuali, termasuk memenuhi semua titah dan menjauhi semua larangan-Nya. Kalau lisan kita memekik  Allahu Akabr, bahwa hanya Allah-lah yang Maha Besar, pertanda  kita ini hanya budak lemah, tapi pikiran dan kelakuan kita sangat doyan melabrak semua titah dan larangan-Nya, jelas tidak patutlah kita untuk disebut sebagai seorang hamba yang baik. Dan, jika kita bukanlah hamba yang baik di hadapan-Nya meski ribuan kali kita memekik Allahu Akbar, bershalat jumpalitan siang-malam, tetapi gagal melomaptkan energi pekikan Allahu Akbar tersebut ke dalam hati, hanya sebatas lisan, maka apa bedanya kita dengan cara pikir dan perilaku sang bocah yang pikiran dan hatinya gagal menyerap makna dan energi dibalik kata-katanya?
Karenanya, lompatan energi Allahu Akbar  niscaya selalu paralel dengan cara pikir danperilaku kita. Semakin menguat energi Allahu Akabar di dalam hati, niscaya semakin tunduklah kepada kita, seiring kian kuat kesadaran ruhaniyah bahwa diri ini hanya sosok hamba sahaya yang hina dina di hadapan kuasa Allahu Akbar itu.


Minggu, 23 Juni 2013

Awal Ku Mengenal Mereka

Aku dan mereka bisa terbilang sangat dekat, sehari-harinya di kampus selalu bersama sehingga terkadang teman-teman menjuluki kami “ 3 Sejoli”, “ Trio Macan”, “3 Serangkai” dan apa lah itu aku pun tidak tahu mengapa begitu. Jika salah satu diantara kami tak beriringan mereka selalu bertanya “ Mana yang satu lagi?” Hahaha, kami bagai satu tubuh di mata mereka.
***
Ceritaku berawal ketika pertama  kali memasuki bangku perkuliahan, saat itulah aku mengenal seorang temanku bernama Irma, seorang wanita solehah dengan jilbab besar yang terurai menutupi punggungnya dan pakaian muslimah yang menutupi aurat dan lekuk tubuhnya. Perawakannya yang kecil, tidak menggambarkan seorang anak kuliah. Jikalau ia disandingkan dengan anak SMA mungkin akan terlihat sama dan seangkatan. Akan tetapi badannya yang kecil tidaklah menjadi ukuran untuk anak kuliah, biarpun kecil tapi ia orang yang gesit, dan memiliki pengetahuan dan ilmu yang OK. Pastinya dia tuh lebih pintar dari aku.
Pertemanan kami selayaknya teman biasa tidak terlalu dekat karena mungkin masih awal perkenalan. Seiring waktu berjalan, kebersamaan mulai terbentuk. Kami selalu duduk bersebelahan, saling bercerita dan bertukar pengalaman, jalan bergandengan. Telah ku rasakan kenyamanan bersamanya, dia seorang pribadi yang baik, dan menyenangkan. Hingga suatu pagi ketika tiba di kelas, ku lihat ia langsung meletakkan tasnya dan pergi keluar. Aku tidak tahu arah tujuannya, “ mungkin dia sesak buang air kecil”, berkata dalam hati.
Aku masih dengan aktivitasku membaca buku pelajaran biologi jam pertama, ketika ia kembali lagi ke kelas dengan langkah yang tenang. Aku hentikan bacaanku dan ku letakkakan buku ku di atas meja.
“ Dari mana, Ma? Ku lihat seperti terburu-buru. Tanyaku memulai obrolan dengannya pagi ini.
“ Dari Mushola jurusan”. Jawabnya singkat sambil tersenyum.
“Oohh... Shalat Dhuha ya?”. Balasku dengan senyuman
“ Iya...”, katanya.
“ Kenapa gak ngajak-ngajak aku sih? Aku kan juga mau shalat”. Tanyaku sedikit kecewa.
“Hmmm.... maaf ya, tadi udah mau diajak tapi takut gak mau dirimu”. Jawabnya dengan merasa bersalah.
“ Okelah, ntar lain kali kalau shalat Dhuha ajak aku ya?”
“ Oke deh, siiip!!”.
Pembicaraan kami berakhir saat wanita parubaya tanpa jilbab itu memasuki kelas. Dengan langkah pasti dan kewibawaannya ia duduk tepat di depan kursi kami. Nah, dalam hal duduk, kami selalu memilih duduk paling depan. Oleh karena itu aku berusaha datang paling awal untuk merebut kursi paling depan. Alasannya sih, biar kelihatan agak pintar, karena biasanya orang yang duduk di depan itu orangnya pintar. Hahaha gak gitu juga kale. Ya, yang pasti keuntungan duduk paling depan itu lebih banyak daripada duduk belakang, lebih dekat dengan papan tulis, informasi yang didapat lebih cepat nyampai ke telinga. Itu pun kalau gak ngantuk, tawa ku dalam hati.
Aku tersadar, saat namaku dipanggil. Ternyata hanya mengecek absen. Ha.. ku pikir aku akan disuruh maju kemudian menjelaskan pokok bahasan hari ini dan ketika aku gak bisa maka beliau akan marah. Kalau pun iya, gak masalah karena aku telah mempersiapkannya.
***
Aku bukanlah orang yang mudah mencari teman, teman yang benar-benar teman. Bukan sembarang teman, pencarian itu butuh proses dan proses itu melalui pengamatanku. Seperti ingin menyeleksi pacar, teman juga penting diseleksi. Selama kurang lebih sebulan aku kuliah di Universitas pilihanku, telah ku temukan seorang yang ku sebut itu benar-benar teman. Teman yang selalu menemani disaat senang maupun sedih, memberi motivasi dan dapat saling berbagi dan bekerjasama. Walaupun begitu, bukan berarti yang lain itu gak ku anggap teman. Aku tetap menganggap mereka teman-temanku, bukankah kita makhluk sosial?.
***
“Kalian mau kemana?”. Tanya seorang teman kepada kami.
“ Mau ke Musholla”. Jawab Irma
“Boleh aku ikut? Karena teman yang lain pada pulang ke kost mereka”.
“Boleh. Kenapa enggak!”. Jawab kami dengan antusias
Kami memutuskan untuk pergi bertiga ke mushalla menunggu jam kuliah yang masuk pukul 13.50, sementara waktu sekarang masih menunjukkan pukul 10.00. ada waktu lebih kurang 4 jam untuk menunggu. Sebenarnya hal ini paling aku tidak suka, menunggu dalam waktu yang lama itu membosankan, tapi kalau menunggu dengan diisi hal-hal yang positif itu bukan masalah.
Matahari waktu itu sepenggalangan naik, waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat dhuha. Memang niat kami seperti itu awalnya. Selesai menunaikan shalat dhuha kami pun beristirahat dengan bercerita. Kami lebih banyak bertanya kepada teman ini. Walaupun sudah mengenalnya namun sebatas nama dan asal sekolahnya. Waktu istirahat ini kami manfaatkan untuk berbagi cerita dan pengalaman kepadanya, selain itu kami makan dan shalat dzuhur berjamaah.
Dalam waktu 4 jam, kami telah menjadi akrab. Pribadinya yang asyik dan menyenangkan membuat kami nyaman berteman dengannya. Saat itulah kami mulai jalan bertiga.
***
Panggil saja namanya Tika, sebenarnya nama lengkapnya adalah Sri Hartika. Tapi, agar tidak keliru ketika memanggil, oleh karena itu dipanggil Tika, sebab jika dipanggil dengan sebutan “SRI” maka bukan dia saja yang merasa terpanggil tapi aku juga.
Keberadaan Tika di tengah-tengah kami membuat hari-hari ku di kuliah semakin bewarna. Penampilannya yang sederhana dengan baju kemeja, rok dan jilbab yang terkadang tidak kontras  antara satu dengan yang lain menjadi ciri khasnya. Sifatnya yang baik, periang, penuh canda, sifat pelupanya yang terkadang membuat lucu dan geli. Apalagi, kebiasaannya yang sering buang air kecil membuatku terkadang kesal. Pernah suatu ketika disaat –saat mau masuk kelas dan hampir terlambat dia minta aku nemani dia buang air. Padahal waktu istirahat cukup banyak jika hanya untuk buang air. Tapi, malah disaat mendesak pula dia melakukan itu.
Namun, tak dipungkiri kemampuan matematika dia tidak kalah jago dari Irma. Diantara mereka akulah yang kurang mengerti pelajaran itu apalagi maslah trigonometri. Itu merupakan momok ku dari MAN dulu. Tika dan Ita memang jago dalam berhitung. Selain berhitung diantara kami Irma lah yang paling kritis, selalu muncul dalam diskusi-diskusi kelas selalu ada dalam perdebatan kelas, Ita adalah bangsa orang yang percaya dirinya tinggi, dan tak mau kalah. Aku dan Tika hanya sebagai pendengar dan penonton perdebatan Irma dengan teman di kelas. Walau sekali-kali aku ikut berperan serta dalam presentase, itu pun hanya mengajukan pertanyaan. Menurutku itu awal yang baik memulai kepercayadirian.
Bukan manusia jika tidak memiliki kekurangan. Sebagai kodratnya manusia itu diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Hal ini yang membedakan manusia satu dan lainnya. Sekiranya aku tidak lebih baik dalam hal berhitung dari mereka, namun aku punya sesuatu yang bisa disebut kelebihan. Yang sering buat iri Tika dan Irma bahkan teman lainnya, yaitu kemampuanku dalam membuat dan mengolah hasil laporan. Karena setiap pembagian nilai laporan-laporan praktikum aku selalu mendapat nilai yang lebih tinggi dari mereka. Hal itu yang aku syukuri, setidaknya aku punya kelebihan untuk bisa berbagi ilmu kepada mereka sehingga aku tidak minder ketika bersama mereka.

Bersambung..............

Kamis, 20 Juni 2013

KETIKA SUATU YANG TIDAK MUNGKIN MENJADI MUNGKIN

Never Say Die, Keep Praying

Assalamu'alaikum sahabat.... :)
Salam hangat dari ana...




Sahabat... jangan pernah ada kata " Putus Asa" ya dalam diri kita. Tau gak sahabat putus asa hanya akan mematikan impian kita. Bukan hanya itu, bahkan Allah pun tidak senang dengan orang yang berputus asa. Bukan hanya tidak senang, tapi Allah men-capnya sebagai orang Kafir.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya:
Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.” (QS. Yusuf/12: 78)

Mau dicap orang KAFIR?????. Pastinya enggak kan, ana pun gak mau loh.... :)
Percayalah sahabat, sesuatu yang kita anggap mungkin terjadi dalam dunia ini bisa menjadi tidak mungkin ketika Allah menghendaki sesuatu itu tidak terjadi. Tapi ingat pula, bahwa sesuatu yang rasanya tidak mungkin bagi kita, belum tentu loh tidak mungkin bagi Alllah. Ingat! Allah Maha Kuasa atas segalanya. Impian dan cita-cita kita yang dirasa-rasa terlalu tinggi atau tidak mungkin tercapai atau bahkan konyol itu harusnya jangan dikubur, optimis donk kalau sesuatu itu akan tercapai, walau enggak sekarang... hehehe soalnya ana gak jamin kalau sekarang juga akan tercapai, karena ana kan bukan Tuhan ya gak? :D
Semua itu butuh proses sahabat..... tau gak, Kesuksesan itu bukannlah dinilai dari hasil tapi kesuksesan itu adalah proses ( gitu sih kata dosen ana, hehe). Tapi ana meyakini itu benar.Dan Allah itu menilai proses kita, sejauh mana perjuangan dan usaha kita, bagaimana kita menjalani rintangan, dan sejauh mana kita sabar dalam proses itu. Hmmm, ana bukan menasihati, tapi ana hanya mengingatkan. Mana tau ada yang lupa.... jadi ingat lagi deh. Oh yah, kalau ada yang impiannya yang mungkin nanti gak tercapai di dunia, jangan sedih ya... mungkin aja impian itu akan kita dapatkan lebih dari apa yang kita harapkan di akhirat kelak. Salah satu cara Allah untuk mengabulkan impian kita. Ha... setelah panjang x lebar = Luas. Capek juga... heh


Apa Impian dan cita-citamu sahabat????

Impian ana, ana mau bisa mengenal Negara selain Indonesia, terutama ke  Mekkah dan Madinah kemudian, Eropa (  bisa keliling Eropa)
 to be a writter and Muslim mathematicians
Bagaimana dengan sahabat?
:) wah,,,, pasti lebih dari ana

: : Surat Untuk Adik : Hari Bersama mu Tak Terlupakan

Assalamu'alaikum wr. wb

Dear, Adikku terkasih ( Muhammad Rasya)

20 Juni 2013
Adik kakak.... 1 kata yang mesti adik tahu, walau sebenarnya adik tidak mengerti bahwa AKU (kakakmu) BANGGA terhadapmu. Bagi kakak tak ada yang membanggakan selain apa yang telah kakak ajarkan dan berikan selama ini adik terima dengan ikhlas dan hasilnya telah kakak lihat hari ini. Hari dimana adik telah menjadi seorang pemimpi, seseorang yang punya bintang dilangit yang suatu hari nanti akan tiba waktunya ad ik petik bintang itu. 
Kakak tak mengerti sebelumnya apa maksudmu 2 hari lalu, saat adik datangi kakak dan bertanya " kak... kakak hari kamis gak ke Medan kan?" dengan antusiasnya dia bertanya demikian. Sejenak ku berpikir untuk menjawabnya, " Mmmm... enggak, kakak di rumah, Kenapa?". Dia hanya diam dalam senyuman, dan aku tahu senyumnya mengisaratkan wajah kegembiraan. Dan di lain waktu dia memulai berbicara " Kak, hari Kamis adik disuruh guru baca puisi ". Aku antusias menjawab " wah... ada acara apa?" . kembali dia menjawad dengan senyuman. Ternyata hari ini adalah jawabannya. Hari wisuda TK nya.
Ya,,,kakak  tahu kebahagiaan mu adikku, sebab dulunya kakak sepertimu. Maka dari itu kakak luangkan waktu 1 hari untuk bersamamu, melihat, dan menyaksikanmu disela kesibukan kakak di kampus. Kamu tahu adikku bersamamu hari ini tak akan terlupakan oleh kakak, sungguh... !. Kakak berharap bisa menyaksikan dan mengulangnya lagi beberapa tahun ke depan dengan tempat dan kondisi berbeda, namun untuk 1 cita-cita yang sama, cita- cita yang telah engkau pilih. 

Adik.... betapa semangatnya engkau hari ini, betapa gembira dan cerianya dirimu hari ini. Semoga keceriaan itu akan senantiasa mengiringi hidupmu kedepannaya. Kakak tahu di usiamu ini kamu tidak mengerti apa yang telah kakak berikan dan ajarkan kepadamu. Tapi kakakyakin suatu hari kelak, ketika kamu telah dewasa maka kamu akan tahu apa, dan mengapa kakak melakukan semua ini.
Kamu ingat tidak, waktu usiamu 4 tahun, disaat teman- temanmu sibuk dan asyik bermain, kamu tekun dalam dekapanku berusaha mengenal garis, mengenal angka, dan mengenal huruf. Pelajaran itu kakak dapatkan dari ibu dan ayah kita. Mereka yang mulai mengajarkan kepada anak-anaknya saat usia mereka berjalan 5 tahun. Tapi kesibukan mereka sekarang yang membuat kakak sadar untuk menggantikan posisi mereka mendidik dan mengajarkan kamu, karena kakak ingin kamu merasakan sejak dini telah terdidik. Bukankah belajar di waktu kecil itu bagai mengukir di atas batu, susah memang awalnya untuk mengukir kata, tapi setelah mampu terukir kata itu maka akan susah untuk terhapus kecuali batu itu lenyap. Sama seperti mu yang sejak muda telah kakak ajarkan mengenal ilmu. Awalnya memang sulit mengajar anak usia 4 tahun, butuh kesabaran dan ketelatenan. Secara perlahan itu kakak lakukan, biar sedikit yang diberitahu tetapi kontinu. Hari demi hari kamu telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa, 1 tahun telah mampu mengenal huruf dan angka, serta mampu membaca walau dieja, mampu berhitung walau hanya penjumlahan. Bukan hanya itu, kamu telah mampu menyebutkan dan mengenal huruf-huruf hijaiyah. Subhanallah!
***
1 tahun telah kamu lewati bersusah- susah dalam belajar. Waktu bermain mu yang tak sama dengan anak-anak lainnya, tapi yakinlah wahai adikku, susahmu sekarang itu tak berarti apa-apa dan susahmu sekarang akan menjadi kemudahanmu di masa depan. 
Ya, kakak teringat antusiasmu ingin masuk TK seperti abangmu yang telah dulu menikmati bangku TK. Maka dengan antusias pula kami sekeluarga mendukungmu. Kakak masih ingat sekali, hari pertama dan sebulan kamu belajar di TK karena waktu itu kakaklah yang mengantar- jemput dan menyaksikan kamu belajar di sana. Kakak bangga, sungguh bangga.... kamu adalah orang yang aktif, dan pelajaran disana dengan mudah kamu ikuti, bukan hanya itu kamu adalah orang yang baik, mengetahui tempat dan posisimu. Bahkan, kamu adalah anak yang rajin dengan semangat luar biasa, semangat untuk bersekolah. Kamu selalu lebih dahulu bangun diantara kakak(kakak 2) dan abangmu, walau kakak tahu usiamu masih belia, tapi semangatmu itu mengalahkan rasa malasmu untuk bangun dan mandi pagi-pagi sekali, tak lupa kamu bangunkan mereka yang masih tertidur pulas. Hadir ke sekolah paling pertama, saat mungkin murid lain masih sibuk bersiap, kamu tak pernah bosan menunggu di sekolah . Ah... sungguh engkau adalah teladan bagi anak- anak sekarang harusnya. Tapi, cukuplah kakak yang menjadikan dirimu teladan. Ya,,, sama seperti kakak waktu di TK dahulu. Sama persis, bedanya hanya kakak berada ditengah-tengah anak orang kaya dan berada, yah maklum TK di Medan. Sehingga sedikit banyak merasa diri kakak dahulu tiada daya melawan mereka. Sementara dirimu sekarang telah lebih baik.
 Adik . . . kakak tahu kejenuhanmu dan kelelahanmu belajar bersama kakak. Tapi sebisa mungkin kakak memberikan yang terbaik walau terkadang ada marah dan jengkel dalam mengajar, tegas dan disiplin dalam mendidik, itu semata bukan ingin membuatmu takut kepada kakak, tidak sama sekali. Kakak hanya ingin kamu mandiri dan menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah. Yakinlah, Kamu adalah laki- laki, akan banyak manfaat yang akan kamu rasakan dari didikan itu.
Ketika kakak tidak lagi menjadi gurumu di rumah, mungkin waktu itu kamu berbahagia, karena tidak ada lagi yang memanggilmu untuk belajar setiap sore dan malam, selalu memerintahmu memegang buku dan melatihmu membaca sebelum kamu pergi ke sekolah, karena kamu selalu siaga jam 06.00 pagi, sehingga waktu setengah jam sebelum berangkat selalu kakak digunakan untuk mengajarkanmu membaca. Ya... mungkin kamu telah bebas dari jadwal- jadwal itu. Tapi, tahukah kamu adikku.... dalam perantauan kakak merindukan saat-saat itu, merindukan mu sangat rindu.... karena kakak telah mengasihimu dan mencintaimu lebih, sungguh cinta, cinta karena Allah. 
Maka, setiap kali kakak menelpon ke rumah. . . tak lupa untuk berbicara denganmu menanyakan kegiatan dan pelajaranmu di sekolah, kamu semakin membuat kakak rindu dengan perkembanganmu itu. Selalu ada permintaan-permintaanmu sebelum menutup pembicaraan, " kak, nanti kalau pulang bawa apa?". " Hmmm... maunya apa?" . Dia menjawab " suka ati". Yah... semenjak itu kakak tak lupa untuk menyisihkan uang untuk membelikan sesuatu kepadamu. Karena kamu suka mewarnai, maka sering kakak belikan kamu buku mewarnai. 
Bulan- bulan berikutnya selalu da buku yang kakak kirim ke kamu. Mungkin kamu bosan, tapi itulah cara kakak melatihmu mencintai buku, gemar membaca, sesekali kakakbelikan mainan namun tidak sering. Sejak dini kamu harus mengenal buku. Setiap ada kesempatan pulang ke rumah selalu kakak sempatkan mengetes bacaan kamu dan melihat perkembangan membacamu. Yah, , , tak ada yang sia-sia kakak pikir, kamu semakin lancar mengucapkan kata-kata dalam buku. Senang rasanya adikku..... apa yang telah kakak berikan tak sia-sia.
Bukan hanya membaca buku yang selalu kakak tekankan, tetapi juga iqra'. Menakjubkan di usia 5 tahun kamu mampu menguasai iqra' 5 . Besar harapan kakak nantinya kamu akan menjadi seorang Hafiz Al-Qur'an.
***
Terpenuhi sudah harapan dan janji kakak, membuatmu mampu membaca dengan lancar dan membuatmu mandiri dan berani mengekspresikan kemampuanmu. Hari ini kamu memenuhinya. Di luar dugaan kakak, ternyata kamu pandai menari juga ya... hehehe. Gerakan- gerakanmu begitu pasti, dan diantara teman-temanmu kamulah yang menonjol, kamu begitu hafal gerakan-gerakan itu. Ya... itu karena kesungguhanmu. Acung jempol buat keberanian dan kemampuanmu deh!. Rasa kakak hari ini adalah harimu, tiada absen dalam setiap penampilan. Tapi ada satu penampilan yang buat kakak tersentuh, bangga dan haru, kamu mewakili seluruh murid TK memberikan kata sambutan, ya,,, sekecil itu memberi kata sambutan. Melafalkan kata- kata dari teks itu dengan lancar, membuat para orang tua wali murid dan undangan berdecak kagum terhadapmu.Satu yang disayangkan, Ibu dan ayah tak melihatmu, mungkin jika mereka melihatmu betapa bangganya mereka punya anak sepertimu. Ya.. Bangga!. Maka sontak tepuk tangan riuh mengapresiasi kemampuanmu. Tak berhenti disitu, kamu semakin membuat kakak kagum dengan kemampuanmu membacakan puisi, puisi berjudul " GURUKU". Ahh! kenapa kakaka dahulu tak sepertimu. Sekali lagi Andai ada Ibu dan ayah disini. . . Ya.. walau tak bisa menyaksikan kamu tampil hari ini, tapi kakak telah merekam performance mu yang akan kakak tunjukkan kepada mereka berdua. Kamu tenag aja dik.... takada satu gerak pun yang terlewatkan saat kakak rekam tadi. Kakak tahu tadi kamu sedikit gemetar waktu menyampaikan kata sambutan, terlihat teks yang kamu pegang itu gemetaran sampai teks itu pun menutupi wajahmu. Ha... tapi kakak bangga! 
Dan tiba saat yang ditunggu yaitu wisudanya kamu. Dengan berbalut baju dan topi tiga itu kamu terlihat keren lho dik,,,, berwibawa.... sudah sarjana adikku. :D
Oh ya... si Firza tadi juga makin ganteng pakai baju wisuda itu, ahh kamu kalah sama dia... :P kakak makin suka dengan keimutan anak itu. Tapi tak ada yang mengalahkan rasa cinta kakak dengan adik kakak satu nih, walau firza sebagai bandingnya. Kamu tetap adik yang the best. Kakak sempatkan tadi mengambil foto mu dengan Firza sebagai kenang-kenangan untuk kakak. Jadi kalau kangen Firza tinggal liat itu foto... heheh jangan jelous ya...
Nama-nama wisudawan pun dipanggil satu persatu, yah,,,, ternyata barisanmu belakang. Cukup lama menunggu nama kamu dipanggil. Kakak dengarkan satu persatu nama teman-temanmu, yang menarik disitu adalah cita-cita mereka, salut dengan anak-anak TK ini berani bermimpi, cita-cita mereka bervariasi ada, kebanyakan anak laki-lakinya ingin jadi polisi, tentara. Ada juga yang ingin jadi pilot, guru, pemain sepak bola,dll. Kalau anak perempuannya kebanyakan ingin menjadi dokter dan guru. Ada juga yang kakak dengar ingin menjadi penari, itu lho anaknya Bibi kita... si Alica. Hihihi
Nah, yang membuat kakak tidak sabar adalah kalian berdua Firza dan Rasya. Kira- kira apa ya cita- cita mereka?. Kakak menebak- nebak kalau adik ingin jadi polisi, seperti yang pernah kamu ungkapkan waktu itu, hmm.. menunggu dan menunggu nama kamu disebut. Tak lama nama si Firza disebut... wah, ketika mendengar cita-citanya, luar biasa lain dari yang lain ternyata Firza bermimpi ingin jadi seorang Direktur. Semangat Firza, , , semoga terwujud! cocok kok heheh. Cita- cita yang jarang anak ketahui. . .
Di  barisan tadi setelah  Firza adalah adik kakak, wah... kakak buka telinga ini lebar- lebar tak ingin kehilangan kesempatan walau satu kata pun, dengan saksama kakak mendengarkan nama adik dan nama ayah. Muhammad Rasya bin Dinding Mala Pandra. Bercita-cita ingin menjadi DOKTER. Seketika hati ini terenyuh mendengar kata DOKTER. Tapi itulah yang pernah kakak targetkan untuk adik kakak ini, target yang tak seorang pun mengetahuinya, ayah atau ibu tak pernah tahu target dan harapan kakak terhadapmu. Kakak salut dan bangga dengan cita-citamu semoga itu memang keinginanmu dari hati bukan sekedar ucapan karena tak tahu cita-cita apalagi yang ada di dunia ini. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini adikku.... dengan semangatmu yang sekarang Insya Allah, apa pun yang terjadi nanti bagaimanapun keadaan kita nanti, kakak yakin itu bukan sekedar mimpi tapi akan menjadi kenyataan. Allah tidak pernah tidur adikku,,,, kuncinya kamu harus tetap berusaha dan berjuang, pertahankan semangatmu ini sampai kapan pun, walau terkadang hidup ini tak selamanya mulus. Ketahuilah.... masa depan yang menentukan itu kita, kita yang membawa dan Allah yang menuntun- Nya, di luar itu hanyalah Kehendak Allah. Tapi, sebagai manusia kita boleh bermimpi, dan mimpimu adalah mimpi kakak juga. Mimpi kita adalah mimpi orang tua kita.... dahulu itu adalah cita-cita kakak, cita-cita waktu TK. Sama seperti mu.... tapi, kali ini tak akan kakak biarkan mimpi itu sebatas kata, akan kita wujudkan bersama adikku... kamu tidak akan sendiri..... kakak akan menuntunmu dan jangan pernah berpaling dari cita-cita itu. Fokuskan pada 1 tujuan itu, tidak mungkin bagi kita sekarang tapi yakinlah kamu akan meraih bintangmu!
Sempat tadi kakak membayangkan, akan ada wisuda ini lagi, wisuda dimana kamu telah meraih mimpimu. Sungguh, itu yang kakak inginkan. Adik.. jadikanlah wisuda ini bukan wisuda yang terakhirmu.... wisuda ini adalah awal kamu membangun dan merakit mimpi membuat jalan dan akan menjemput mimpi yang kamu pilih hari ini. Sehingga akan ada wisuda-wisuda lainnya dalam kondisi dan waktu yang berbeda, tapi tetap pada 1 cita : DOKTER.
Pesan kakak untuk adik yang kakak cintai karena Allah : Rajinlah beribadah, mengaji mempelajari Al-Qur'an, besar harapan kelak kamu akan menjadi seorang hafiz, tak salah kan dokter itu seorang hafiz.  Rajin- rajinlah belajar,  jadikan buku sebagai sahabatmu, manfaatkan waktumu untuk hal- hal yang berguna, hargailah waktu walau 1 detik, karena yang 1 detik itu menentukan hidupmu. Disiplinlah dalam segala hal, sebab disiplin itu kuncinya sukses. Jika semangatmu nantinya menurun, ingatlah bahwa orang tua kita telah bersusah payah memperjuangkan hidup kita, ingatlah harapan mereka terhadap kita anaknya. Perjuangan dan pengorbanan kita tak sebanding dengan mereka, rekam wajah lelah mereka maka itu akan menambah volume semangatmu. Semangat berjuang adikku,,,, tahap- tahap pendidikan akan kamu hadapi setelah ini. 
I LOVE U BECAUSE OF ALLAH ^_^
sekarang mungkin belum waktunya kamu tahu surat ini, karena usiamu belum cukup untuk mengerti semua ini. Tapi nanti kamu akan tahu, suatu hari nanti ..... ... saat mungkin kamu telah lupa dengan hari ini.

Kenangan hari ini
Firza dan Rasya

Senyumnya itu lho, giginya pada gripis :D


sukses ya adikku ^_^


I and You

Ku hadirkan Ibu kepadamu untuk berfoto sebagai kenang-kenangan

Kamis, 13 Juni 2013

Dua Lautan Yang Terpisah " Subhanallah"


Silahkan sebelum membaca diperhatikan dulu ini gambar.... Aneh ya, menurut ana itu ajaib! Tapi, tidak bagi Allah, sungguh itu terjadi karena Kuasa dan Kebesaran Sang Pencipta.

Dua lautan yang terpisah itu terletak di Selat Gibraltar, selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa, tepatnya antara negera Maroko dan Spanyol. Wah... kalau sudah dengar kata Eropa jadi ingat dengan mimpi ana ^_^ Semoga suatu saat terwujud. Aamiin... 
Lanjut ....
Saya beri bukti ilmiah terlebih dahulu  kepada Anda yang saya dapat dari salah satu sumber.
Para ahli kelautan, setelah melalui kemajuan ilmu pengetahuan, telah dapat menyingkap adanya batas antara lautan. Mereka menemukan bahwa ada pemisah antara setiap lautan, pemisah itu bergerak di antara dua lautan dan dinamakan dengan front (jabhah) dianalogikan dengan front yang memisahkan antara dua pasukan. Dengan adanya pemisah ini setiap lautan memelihara karakteristiknya sehingga sesuai dengan makhluk hidup yang tinggal di lingkungan itu. Meskipun ada pemisah ini, dua lautan tetap bisa bercampur secara lambat yang membuat jumlah air laut yang menyeberang dari laut satu ke laut yang lain mendapatkan karakteristik lautan tempat air itu menuju, melalui pemisah yang bekerja mengaduk air yang lewat dari laut ke laut yang lain. Dengan demikian setiap lautan tetap memelihara karakteristiknya.Banyak tahapan yang telah dilalui ilmu pengetahuan manusia untuk mengetahui sifat-sifat air laut, di antaranya tentang batas-batas laut. 
Pada tahun 1873M/1283H para ilmuwan dari tim peneliti Inggris, dalam ekspedisi laut Challenger, menemukan adanya perbedaan di antara sampel-sampel air laut yang diambil dari berbagai lautan. Dari situ manusia mengatahui bahwa air laut berbeda-beda kondisinya satu dengan yang lain, dalam hal kadar garam, temperatur, berat jenis, dan jenis biota lautnya. Penemuan hal ini dihasilkan setelah menyelesaikan pelayaran ilmiyah selama tiga tahun, mengarungi seluruh lautan di bumi. Ekspedisi ini mengumpulkan informasi-informasi dari 362 pos yang diperuntukkan untuk menyelidiki karakteristik lautan-lautan. Laporan perjalanan tersebut memenuhi 29.000 halaman dalam 50 jilid, yang penyusunannya memakan waktu 23 tahun. Di tambah lagi bahwa ekspedisi tersebut adalah salah satu penemuan ilmiah yang besar karena telah memperlihat kedangkalan pengetahuan manusia sebelumnya tentang lautan. Setelah tahun 1933 diadakan ekspedisi ilmiah Amerika di Teluk Meksiko. Disebar ratusan pos-pos lautan untuk mempelajari karakteristik lautan. Ditemukan bahwa sejumlah besar dari pos-pos tersebut memberikan informasi yang seragam tentang karakteristik air di wilayah itu, dalam hal kadar garam, berat jenis, suhu, biota laut, dan kemampuan melarutkan oksigen. Di sisi lain pos-pos yang lain memberikan informasi seragam yang lain tentang wilayah lain. Sehingga ahli kelautan berkesimpulan tentang adanya dua laut yang berbeda sifatnya, tidak sekedar perbedaan sampel seperti yang ditemukan pada ekspedisi Challenger. Melalui ratusan ”stasiun” laut yang dibuat untuk mempelajari karakteristik lautan, para ilmuwan menyimpulkan bahwa perbedaan karakter tersebut mendeterminasi satu lautan dengan yang lainnya. Akan tetapi mengapa lautan-lautan tersebut tidak bercampur dan lalu menjadi seragam padahal pengaruh kekuatan surut dan pasang terus menggerakkan air laut dua kali sehari, menjadikan air laut selalu datang dan pergi, bercampur dan bergolak? Ditambah faktor-faktor lain yang membuat air laut selalu bergerak dan bergolak seperti gelombang permukaan, gelombang bawah, arus air dan lautan. Pertama kali muncul jawaban itu di lembaran buku-buku ilmiah pada tahun 1942M / 1361H.


Studi yang mendalam tentang karakteristik lautan menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan antara lautan-lautan yang berbeda-beda, dan berfungsi memelihara karakteristik khas setiap lautan dalam hal kadar berat jenis, kadar garam, biota laut, suhu, dan kemampuan melarutkan oksigen. Setelah tahun 1962 diketahui fungsi batas-batas laut tersebut dalam ”mengolah” aliran air laut yang menyeberang dari satu laut ke laut yang lain sehingga laut yang satu tidak melampaui. laut yang lain. Dengan demikian lautan-lautan tersebut tidak bercampur aduk karena setiap lautan menjaga karakteristiknya masing-masing dan batas-batas wilayahnya karena adanya pembatas-pembatas tersebut. Skema di bawah menjelaskan batas-batas air Laut Tengah Mediterania yang hangat dan berkadar garam tinggi ketika memasuki Samudra Atlantik yang dingin dan memiliki kadar garam lebih rendah. Pemisah antara air Laut Tengah dan air Samudra Atlantik. Tampak perbedaan pemisah (front) dari kedua lautan dalam hal kadar garam dijelaskan dengan garis, angka dan warna.Dan akhirnya manusia dapat memotret pembatas-pembatas tersebut dengan teknologi foto inframerah menggunakan satelit di mana terlihat bahwa lautan yang tampaknya satu kesatuan ternyata memiliki benyak perbedaan di antara bagian-bagian air di berbagai lautan. Tampak perbedaan warna sesuai dengan perbedaan temperatur.Dalam riset lapangan untuk membandingkan antara air Teluk Oman dan air Teluk Persia menggunakan angka, perhitungan dan analisis kimiawi, tampak perbedaan yang nyata antara keduanya segi kimiawi dan tumbuhan yang dominant serta tampak ada pembatas yang jelas antara keduanya.

Salah satu fakta ilmiah yang tidak bisa kita tutupi dibuktikan Surat Ar-Rahman dimana di dalamnya Tuhan berulangkali menjelaskan “Maka, nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?”

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”­ (Q.S. Ar-Rahman:19-20­)

Inilah foto tersebut, yang memperlihatkan aliran dua lautan yang tidak pernah bercampur, seolah-olah ada sekat atau dinding yang memisahkannya. ( Coba lihat kembali gambar itu)

Subhanallah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yang tidak bercampur itu benar-benar ada. Saya sudah sering membaca ayat tersebut, tapi masih belum tahu di mana gerangan air laut yang tidak pernah bercampur itu. Ayat lain yang menceritakan fenomena yang sama terdapat pada Surat Al-Furqan ayat 53 yang berbunyi:

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan);­ yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S. Al-Furqaan:53)

Maka, Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan? sudah cukup bukan bukti bahwa Allah itu Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Agung.  


Hmmm... takjub! Subhanallah..... Engkau sungguh - sungguh Dahsyat. Bom Bastis..







Biographies Of American Leaders Who Converted To Islam

Biographies Of American Leaders Who Converted To Islam

 Muhammad Ali
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHnDb2ub4ns7SDWfhYlTGIruucgOr2AXlzUjSNNf_8mP4r19QNHtKUpIb-f-KIaKWLoGs4t_Ns2jP1HEcrqqNL8hSH7bfPDpyJJLj6OId3KumhAYiOm7setFY4URBbVidl5K0b89G0UfrU/s320/muhammad-ali-small-size-2230572.jpg
Muhammad Ali (Born as Cassius Marcellus Clay, Jr.. On January 17, 1942) from the father Cassius Marcellus Clay, Sr. a painter billboards (billboards) and traffic signs and mother Odessa Grady Clay, a clothes washer. Ali is a retired boxer United States.
In 1999, Ali was awarded the "Sportsman of the Century" by Sports Illustrated.Ali three-time World Boxing Champion heavyweight. Ali was born in Louisville, Kentucky, United States.
 Its name after the name of his father, Cassius Marcellus Clay, Sr.. Ali later changed his name after joining the Nation of Islam and embraced Sunni Islam in 1975.
Prior to Islam, he dubbed himself "The Greatest" because he is the best boxer of his time. Even sports observers acknowledge as the best boxer of the century. Boxing history has never known her as soon as boxers. He competed with agile in the ring and knocked out his opponent, he announced proudly, "I am the greatest". On 6 September 1979: Ali states withdrew from boxing, and declared the title vacant. On December 11, 1981, once again Ali is aging, trying to get back into the world of boxing against Trevor Berbick in the Bahamas in a game entitled "Drama in Bahama". In a frail condition, Ali is able to perform better than against Holmes, although eventually losing a 10 round. After this match, Ali actually retire from boxing. However, after converting to Islam, he threw this nickname, because it does not like to boast themselves into a simple and with the Islamic spirit. He is the world boxer Cassius Clay, who later Mercelus known as Muhammad Ali Clay.

        Alexander Litvinenko
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/9/99/AlexanderLitvinenko.jpg/220px-AlexanderLitvinenko.jpgAlexander Litvinenko was born in the city of Voronezh in Russia. He graduated from a Soviet high school there in 1980. He then subject to compulsory military service in the Soviet Army was and based on his performance, often gaining promotion from ordinary soldier to lieutenant colonel. In 1988, he began serving in the Soviet counter-intelligence agency KGB, and in 1991, was promoted to General Staff MB-FSK-FSB Russia, specializing in counter-terrorism activities and the infiltration of organized crime. He was awarded the title of "MUR veteran" of the operations are done by MUR (Moscow Criminal Investigation Department). Litvinenko also perform active military service in many areas called "hot spots" of the former Soviet Union and Russia. Figure which had been graced by international media reports in the second half of the year 2006, after his death it was revealed as a kind of poison killed by the radioactive substance polonium-210 isotope. Before his death, apparently a former secret agent spy the Russian intelligence agency, the Federal Security Sevice was advised that he buried the Islamic way. Indeed, at that time only a few people who knew about the closest Litvinenko become Muslim. A number of international media reported that his funeral was held in secret, attended at least 30 close relatives of Litvinenko. His own funeral ceremony was held in the northern city of London, England. Separate ceremony to honor the last time also held at Regent's Park Mosque, London. This is in accordance with his wish that his funeral procession was held in accordance with Islamic law. Even his father, Walter Litvinenko, reportedly attended the ceremony at the Regent's Park Mosque with frontman Chechen fighters, Akhmed Zakayev. Relatives said Litvinenko, father of three children has become a Muslim before he died.
According to Walter, his son was already declared themselves converted to Islam while lay dying in a London hospital until she died on 23 November 2006. '' Litvinenko converted to Islam two days before his death ", and Walter said his son originally embraced Orthodox Christians expressed his last request, which is to be buried according to Islam. '' He said, want to be buried with the Islamic way “
  

      Robert D. Crane
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPENbDhxVmT7dGCBl9w8_q131anC_dyg61nAxpPgQlFLcTwUIfXUihWFS8opL4vgE7Wn5O0l4uJjFQlFULOodv7Me70KOKzTBJVr1j8aI_o6Sp32yYJBnMjhMVRpoCaRfBTgRZXWPPE58/s1600/Robert+Dickson+Crane+masuk+islam.jpgDr. Robert Dickson Crane (born on March 26, 1929) is the former adviser to the late President of the United States Richard Nixon, and is former Deputy Director (for Planning) of the United States National Security Council. He has authored or co-authored more than a dozen books and over 50 professional articles on comparative legal systems, global strategy, and information management.
Crane was born in Cambridge, Massachusetts. In 1945, at the age of 16, he entered Harvard University to study Russian as the first step in becoming an international journalist. In 1948, he became the first American permitted to study at a university in Occupied Germany, having been accepted at the University of Munich.
In 1962, Dr. Crane became one of the four co-founders of the first Washington-based foreign-policy think-tank, the Center for Strategic and International Studies (CSIS). In 1966, he left to become Director of Third World Studies at the first professional futures forecasting center, The Hudson Institute, led by Herman Kahn.

Conversion to Islam

According to Crane, "Allah converted me to Islam when I was five years old, and again through a religious experience when I was 21, but I did not know there were other persons in the world who understood what Allah showed me until I met an old man in Bahrain who told me that there is a word for what I worshiped, and this is "Allah." I figured that all Muslims could not be bad, as I had thought before, if this man was so good and was an admitted Muslim. I did not choose to become a Muslim. I am and have always been a Muslim, but did not know it self-consciously until I was 50 years old.”
From the early 1980s, Dr. Crane has worked full-time as a Muslim activist in America. From 1983 to 1986, he was the Director of Da’wa at the Islamic Center on Massachusetts Avenue in Washington, D.C. In 1986 he joined the International Institute of Islamic Thought as its Director of Publications, and then helped to found the American Muslim Council, now defunct serving as Director of its Legal Division from 1992 to 1994.
From 1994 until the present time he has headed his own research center, the Center for Policy Research, located in Santa Fe, New Mexico, and Washington, D.C. Since 1996 he has also been a board member of the United Association for Studies and Research and Managing Editor of its Middle East Affairs Journal. Dr. Crane has been a long-time principal adviser to Hamas official Dr. Ahmed Yousef, also associated with the Journal Middle East Affairs.

Michael Wolfe
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeAGajLZmDSWw_pDDrsijettYyC-9DKLWnAiNQhm4TC56M6gzrExo_FSehKek5-eQvy-v-rgD2v0PkaR6B67pSATwm6Kldou9T6BWINkzrgaVSO6BWqxIQBRidsRL4uX6P6IxviENNWRA/s1600/michael-wolf.jpg Michael Wolfe (Born 3 April 1945, United States) is a poet, author, and film producer. Now and then Wolfe has taught writing and literature, at Phillips Exeter Academy, Phillips Andover Academy, the California State Summer School for the Arts, and at the University of California, Santa Cruz. He is an occasional speaker on Islamic issues at universities including Stanford, Harvard, Georgetown, SUNY Buffalo, and Princeton. He holds a degree in Classics from Wesleyan University.
In April 1997, Wolfe hosted a televised account of the Hajj from Mecca for Ted Koppel's "Nightline" on ABC. The program was nominated for Peabody, Emmy, George Polk, and National Press Club Awards.  In 1999, Wolfe and Alex Kronemer co-founded an educational media foundation called Unity Productions Foundation (UPF). In 2002, UPF produced its first full-length film, entitled Muhammad: Legacy of a Prophet, a two-hour television documentary on the life and times of the Prophet Muhammad. The film, which Wolfe co-created, co-produced, and co-executive edited, received a national broadcast on PBS and subsequent international broadcasts on National Geographic International. It was awarded a Cine Special Jury Award for Best Professional Documentary of the Year in its category of People and Places He also co-produced a trio of hour-long documentary films on individual American Muslims pursuing their dreams in post-9/​11 America. All were broadcast on PBS between 2008 and 2009.

In 2009, he co-produced Inside Islam: What a Billion Muslims Really Think, a one-hour documentary based on the results of the Gallup Organization’s eight-year Poll of Muslims around the world.
5Malcolm X
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiGyL4JlIVmbZ5T8cHNpas5W2a6VibQI-K6qnqNDcDjPyGN7QKae4o3e0RoBcs6BZxFdf2WeIOlQXoZP5InlBecTZZsQLaLJ2sTh2c1puXdBOMVY_FEG0osjFKl_5KyxMJ0IGhoWdJ0Nm8/s1600/malcolm_speaking.jpgAt the date of May 19, 1924 in Omaha, Nebraska, a black baby was born and given the name Malcolm Little. Later, the baby was so well known by the name of Malcolm X, and every Muslim blacks in the U.S. knew who Malcolm X. 'X', the name given by the people who make it a Muslim. 'X' a way to identify themselves with slaves black Africans transported to America. Back in the 19th century, even the name of the black men was not ignored by the slave traders, and therefore they are simply referred to as "X".
Malcolm X (19 May 1925-21 February 1965) was a Muslim leader of the African-Americans who ketokohannya can be juxtaposed with Dr. Martin Luther King who fought to remove all sorts of discrimination more so that befell the African-Americans who often connoted with the negroes who is discrimination. At age 20 he was put on trial in a case of theft and detained until berusian 27 years. As with many other prisoners, he does a lot of mischief in prison, but he likes to be alone in the room behind the prisoner.
On the day of his release Malcolm went straight to Detroit to join the activities of NOI (Nation of Islam). By joining Malcolm, Noi evolved into a nationwide organization. Malcolm himself became a famous figure in the world, "At my age which is the 39th, I was in the holy city of Mecca. That's when, for the first time in my life, I stood before the creation of the Almighty, and I feel like a whole human being. "(The Autobiography of Malcolm X, as told to Alex Haley).
Malcolm X eventually founded the Organization of Afro-American Unity on June 28, 1964. On February 21, 1965, at the time will give a talk at a hotel in New York, Malcolm X was killed tip bullets three African-Americans who ironically he fought for the values ​​and rights, and no one knows who and what is behind his death. However, the dream of spreading the vision of Malcolm X anti-racism and Islamic values ​​are humanist, evocative among Afro-Americans and the world.

Michael Gerard Tyson

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj36qHaX4jKxYN8VBZqqth6Iku6UkNuiV2yGxiMiYgYs_AkB4NeP9cU_RuB596pJi618jDERY4ka2Ej-HeYh6rbi9MINp5m0NGyqbDzo7XIY8QJeVVN_0GIaXwsJD90f5m7KbNnitGVE-M/s1600/mike+tyson.jpgMichael Gerard Tyson aka Malik Abdul Aziz or Mike Tyson was born June 30, 1966, New York City, United States, Tyson is one of the most feared boxers because of their brutality. He is out of jail and the children were expelled from school. He then pulled out of reform school by renowned boxing trainer, Cus D'Amato, because he saw the potential and talent that exist in Michael Gerard Tyson. He was a professional boxer and former heavyweight champion. A very promising career hampered by a variety of criminal cases. Mike Tyson internationally nicknames is "Iron Mike", referring to his posture strong as iron. Several other mass media prefer to call it as "The Baddest Man on Earth", which refers to a bad temperament, both inside and outside the boxing ring. Meanwhile, the Indonesian press prefer to call Tyson as "The Neck Concrete" refers to the neck loop Tyson in his prime that extra larger than normal size, and seemed so solid. Mike Tyson's career started amateur boxing, before plunging into professional boxing, after losing on points in amateur boxing to the Olympic qualifiers from Henry Tillman.
Officially, in 1995, post-prison in Indiana, Mike Tyson announced it has converted to Islam he had learned while in prison. Tyson was a Muslim name MalikAbdul Aziz.

Neil Alden Armstrong 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPo1z31f6vWUQjB8NO_AjXB8YF1cb2GjYznEhm-f_JndbPueUBdQsJHUwRHhEsh47Kc_CGpiTlzeGIaXqtWb7VH5KbWTrSfhOhhKTq4RYQ0NiajP7nmpdNtCO6TtRT65J76azw_BmGK6U/s1600/neil+armstrong.jpgNeil Alden Armstrong  Born 5 Agustus1930, on a farm of his grandfather, Auglaizy County, Ohio is the first U.S. astronaut, first man on the earth surface feet menjejakan month, using aircraft Apollo 11, on July 20, 1969. accompanied by Edwin Aldrin. Neil menjejakan Amstronglah the legs for the first time when the module out of the plane, and were exploring the lunar surface. He is very keen to develop your flight, or something that can be flown from the age of 13 years. He loved airplanes. When for the first time can fly his airplane toys at the age of 6 years, from there he was so fascinated with the science of flight.
In 1947, Neil Armstrong entered Purdue University. He began to learn about the science of flight techniques. But in 1949 the U.S. government calling for active citizens in a state duty. He eventually became the pilot for the Navy, and was sent to Korea. in 1950, when the Korean War began. He flew the Panther jet fighter.
The first time his feet touched the surface of the moon, he said: "That's one small step for a man, one giant leap for mankind. (A small step for man, a great leap for humanity) ". Before returning to Earth Neil Armstrong left a memento in the month of Soviet cosmonaut Yuri Gagarin.
Neil tried steeped in American Islam, when he became interested in Islam. Finally, a few months later, he announced his Islam, and express it in an interview that he claimed to Islam because he had heard the call to prayer with his own ears on the lunar surface. Neil Armstrong died after undergoing heart bypass surgery earlier this month due to coronary heart disease, as reported by Reuters on Saturday (25/8). He died at the age of 82 years.  

Michael Joseph Jackson

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb2MK7mrK4J3ZbSe8njk81YnBbTOQFEQtZUg9EmIFyzhI8kfnRjEcZ26On3M3FaPgcbofARXzlVoETUVuu75588kCpfCFt9en24CHBRm7OO6c8ibLfVmaJvqqJBlhxRhFOLS_3c_dSiE4/s1600/michael-jackson-is-madman.jpgMichael Joseph Jackson (in Islam: Mikaeel Jackson) (born in Gary, Indiana, United States, August 29, 1958 - died in Los Angeles, California, USA, June 25, 2009 at the age of 50 years) is a singer and writer song of the United States. He is best known as the "King Of Pop" and popularized the dance movements "Moonwalk" which has become his trademark. Album which was released in 1982, Thriller, is the best-selling album in the world, with sales exceeding 104 million copies worldwide. He began his singing career at the age of five years as a member of the Jackson family vocal group (later became The Jackson 5) before launching his first solo album Got to Be There in 1971. As the seventh child of the Jackson family, he made ​​his debut in professional music at the age of 11 years as a member of the Jackson 5. In the early 1980s, he became a dominant figure in popular music and the first African-American musicians who have a strong crossover on MTV.
Michael Jackson died at his home in Los Angeles on Thursday, June 25, 2009, At 14:26 local time. He was unconscious after suffering heart failure (cardiac arrest). He is suspected of having heart failure shortly after being given an injection of Demerol

Profesor William
William Lacy Brown (July 16, 1913 — March 8, 1991) was an American geneticist notable for breeding programs in maize, sorghum, soybeans and wheat. He was president, chairman and chief executive of Pioneer Hi-Bred International Inc. He was also a director of the Rockefeller Foundation's advisory committee on maize. Brown was elected to the National Academies of Science.  The National Academies Press said that Brown "made significant and lasting contributions to increasing and stabilizing food production worldwide".Brown received Ph.D. from Washington University in 1941. Brown almost entire career of 40 years was with Pioneer Hi-Bred International Inc., one of the world's largest manufacturers of hybrid seed corn.

On a scientific study that was reported by a renowned science magazine, Journal of Plant Molecular Biologist, said that a group of scientists who conducted the research to get a smooth sound that comes out of most plants are not usually heard by the ordinary ear. The sound successfully saved and recorded with a sophisticated recording device ever. It does not sound pulses but lafadz jalalah (name of Allaah) as it appears in the layer (Oscilloscope). Finally the person responsible for this study, namely Prof. William Brown met the Muslim scientists to discuss about religion brought by an unlettered Prophet (can not read or write) before 1400 years ago about this phenomenon. The scientists then had to explain to him about Islam, after which he gave to the Quran and terjemahnya professor.